Curigai Pasangan Mandul, Ketika?


Masalah infertilitas atau mandul tidak hanya dialami wanita. Pria pun kini punya andil besar dalam proses membangun generasi penerus sebuah keluarga.

Lalu, kapan wanita harus curiga kalau pasangan prianya mandul?

"Ketika pasangan yang sudah menikah 1 tahun, melakukan persetubuhan normal (2-4 kali seminggu) tanpa alat kontrasepsi, tapi belum hamil juga, Anda patut curiga", ujar Prof DR Dr Nukman Moeloek Sp And. "Tapi jika Anda menikah dengan seorang perempuan berusia 35-40 tahun, dan selama 6 bulan belum hamil, atau di atas 40 tahun tapi 3 bulan belum hamil, boleh saja diperiksakan lebih dini," tambahnya.

Pemeriksaan pada suami umumnya meliputi pemeriksaan riwayat penyakit, fisik dan pemeriksaan laboratorium. Pemeriksaan riwayat penyakit meliputi:
  1. Gangguan fungsi testis (kelemahan, frekuensi cukur janggut, frekuensi ereksi pagi spontan dan penurunan libido).
  2. Gangguan penciuman.
  3. Permulaan pubertas.
  4. Bronkitis berulang.
  5. Penyakit menular seksual dan obat-obatan.

Adapun pemeriksaan fisik meliputi proporsi tubuh, suara, rambut, saraf olfaktorius, dada dan organ testis.

Prof. Nukman pun memberikan tips bagi para wanita untuk mengetahui apakah seorang pria mandul atau tidak. "Jika pacar atau suami anda tidak bisa mencium bunga mawar yang anda berikan, bisa jadi dia mandul," ucapnya.

Tapi tidak berarti juga semua pria yang mempunyai masalah penciuman berarti mandul, itu hanya salah satu contoh faktor risiko saja.

Anda yang pernah operasi atau punya penyakit hernia pun sebaiknya memeriksakan diri ke dokter. Penyakit hernia dapat menyebabkan testis tertekan sehingga menjadi panas dan tidak dapat memproduksi sperma.

Operasi pada waktu kecil juga dapat menyebabkan terpotongnya arteri atau pembuluh darah yang dapat mengganggu fungsi organ testis.

Infertilitas pada pria memang menjadi masalah yang cukup meresahkan, terutama ketika mereka sudah berpasangan. Menurut Prof. Dr.Ismail Tambi dari Universitas Kebangsaan-Kuala Lumpur, sebanyak 15% pasangan suami istri mengalami masalah infertilitas, dan 30-50%-nya disebabkan oleh laki-laki yang tidak subur.

Masalah reproduksi yang umumnya dialami pria, salah satunya adalah 'retrograde ejaculation', yaitu masalah yang muncul ketika sudah mencapai klimaks, tapi tidak dapat mengeluarkan sperma.

"Jadi seperti mau kencing, tapi tidak bisa", ucap Prof. Tambi di acara seminar 'Variasi Genetik dan Implikasinya Pada Masalah Kesehatan Reproduksi'.

Umumnya pasien yang datang ke dokter diberikan terapi hormon untuk memperbaiki sperma, namun Prof. Nukman justru tidak menyarankan hal itu. Terapi yang terbukti berhasil adalah terapi gen yang pernah dicobakan pada mencit, yang akhirnya melahirkan banyak anak.

Prof. Tambi pun mengungkapkan bahwa baru-baru ini, sebuah studi di Afrika mengatakan bahwa pengobatan herbal menggunakan Typha copensis dapat meningkatkan kualitas sperma. Namun penelitian ini masih terus dikembangkan.nu/det

Tidak ada komentar:

Posting Komentar