BERSIH, suci,� dan kenyamanan menjadi tuntutan saat melakukan salat. Sayangnya, penyakit keputihan pada organ intim perempuan sering mengganggu kenyamanan saat ibadah.
Hal tersebut juga diungkapkan dokter spesialis kandungan dan ginekologi dari Fakultas Kedokteran/Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (FKUI/ RSCM), Dr dr Dwiana Ocviyanti, SpOG (K). Dia menyebutkan, keputihan atau fluor albus adalah cairan berlebihan yang keluar dari sari vagina. Penyakit keputihan tidak mengenal batas usia seorang perempuan.
Data website organisasi kanker menyebutkan, 75% dari seluruh perempuan di dunia pasti akan mengalami keputihan paling tidak sekali seumur hidup. Sementara, sebanyak 45% perempuan akan mengalami penyakit keputihan dua kali atau lebih.
"Keputihan ada yang bersifat fisiologis, yaitu keputihan yang normal yang terjadi pada wanita sepanjang cairan yang keluar, itu pun normal," kata dokter yang akrab disapa Ovi ini.
Pada acara kiat mencegah keputihan karena infeksi jamur pada bulan puasa yang diselenggarakan oleh PT Pfizer Indonesia, Ovi memaparkan, cairan keputihan yang normal itu berwarna putih jernih. Bila menempel pada pakaian dalam, akan berwarna kuning terang, konsistensi seperti lendir (encer atau kental) tergantung siklus hormon, tidak berbau, dan tidak menimbulkan keluhan.
Adapun pada masalah keputihan yang bersifat patalogis atau tidak normal mempunyai ciri, yakni jumlah lebih banyak dari biasa dan terus menerus muncul hingga terasa mengganggu, berbau amis, apek dan busuk, mempunyai warna putih susu, kuning tua, cokelat kehijauan, bercampur darah, konsistensi encer, berbuih hingga kental menggumpal seperti susu basi, serta menimbulkan rasa gatal dan panas, atau disertai nyeri saat buang air kecil atau berhubungan seks.
"Pada keputihan yang tidak normal ini, terdapat benjolan atau luka yang menyerupai seriawan atau kutil pada daerah vagina," kata Ovi yang juga praktik di Departemen OBGYN (obstetri ginekologi (kebidanan dan kandungan) RSCM, Jakarta.
Penyebab keputihan yang tidak normal ini bisa disebabkan oleh dua hal, yaitu karena infeksi dan noninfeksi. "91,6 % penyebab keputihan adalah jamur candida albicans," ucap Ovi saat acara yang mengangkat tema "Hindari si Putih: Ketahui Penanganan Tepat dan Menu Makanan Sehat" itu.
Banyak penawaran penyembuhan keputihan yang menggunakan obat yang dijual bebas di pasaran, tapi beberapa pengobatan tersebut efek sampingnya tidak diketahui dengan pasti. Di samping itu, indikasinya belum diketahui secara pasti karena tidak mudah mengenali keputihan. "Hendaknya apabila terjadi keputihan yang tidak normal, segera konsultasikan ke dokter karena hanya untuk pengobatan keputihan fisiologis saja yang bisa diobati dengan cara sederhana," ucapnya.
Obat yang diresepkan dokter terdiri atas intravaginal, tidak dapat digunakan untuk perempuan yang masih gadis. Sementara salep akan menimbulkan lengket dan hanya menghilangkan jamur yang ada di permukaan vagina. Yang praktis, efektivitas setara dengan yang intravaginal bisa diperoleh dari kapsul, contohnya fluconazole yang diproduksi PT Pfizer Indonesia.
Dari berbagai pemilihan pengobatan, dosis tunggal obat oral lebih praktis dan sederhana penggunaannya, terbukti memiliki efektivitas dan keamanan yang baik untuk mengatasi kasus keputihan akibat jamur.
Ovi menuturkan, terdapat hubungan antara pola makan dan infeksi jamur vagina. Misalnya saja, apabila kita membatasi asupan gula, minuman beralkohol, atau makanan yang mengandung asam cuka, maka akan menurunkan risiko infeksi jamur pada vagina.
"Kondisi pada bulan puasa dapat memengaruhi risiko keputihan akibat infeksi jamur ini. Di antaranya terdapat pada jenis makanan yang dikonsumsi yang cenderung kurang serat dan tinggi gula. Rata-rata orang banyak yang berbuka dengan makanan manis," sebutnya.
Ternyata, makanan juga memengaruhi untuk penyembuhan penyakit ini. Hal tersebut dikatakan Country Manager Micronutrient Initiative (MI) Indonesia Dr Elvina Karyadi MSc PhD. Makanan yang mengandung probiotik, seperti yogurt atau suplemen probiotik bisa menyembuhkan dan mencegah infeksi jamur vagina.
"Makanan bisa membantu proses penyembuhan selain obat. Tapi ingat, hanya membantu mengobati, bukan menggantikan obat," ucapnya di acara yang sama.
Masih dikatakan dokter yang juga praktik di kawasan Pulo Mas ini, hubungan antara keputihan dan makanan adalah pada keseimbangan usus. Di mana pola makan yang tidak sehat akan menimbulkan keputihan. "Makanlah dengan pola makan yang sehat. Pilih makanan seimbang (jangan terlalu manis, berlemak atau berminyak dan mengandung semua zat-zat gizi).
Dan banyak-banyaklah mengonsumsi cairan, minimal dua liter per hari," papar dokter yang juga berprofesi sebagai staf pengajar dan pembimbing mahasiswa program pascasarjana (S-2) di SEAMEO-TROPMED Universitas Indonesia.
(sindo//tty-oz)
Hal tersebut juga diungkapkan dokter spesialis kandungan dan ginekologi dari Fakultas Kedokteran/Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (FKUI/ RSCM), Dr dr Dwiana Ocviyanti, SpOG (K). Dia menyebutkan, keputihan atau fluor albus adalah cairan berlebihan yang keluar dari sari vagina. Penyakit keputihan tidak mengenal batas usia seorang perempuan.
Data website organisasi kanker menyebutkan, 75% dari seluruh perempuan di dunia pasti akan mengalami keputihan paling tidak sekali seumur hidup. Sementara, sebanyak 45% perempuan akan mengalami penyakit keputihan dua kali atau lebih.
"Keputihan ada yang bersifat fisiologis, yaitu keputihan yang normal yang terjadi pada wanita sepanjang cairan yang keluar, itu pun normal," kata dokter yang akrab disapa Ovi ini.
Pada acara kiat mencegah keputihan karena infeksi jamur pada bulan puasa yang diselenggarakan oleh PT Pfizer Indonesia, Ovi memaparkan, cairan keputihan yang normal itu berwarna putih jernih. Bila menempel pada pakaian dalam, akan berwarna kuning terang, konsistensi seperti lendir (encer atau kental) tergantung siklus hormon, tidak berbau, dan tidak menimbulkan keluhan.
Adapun pada masalah keputihan yang bersifat patalogis atau tidak normal mempunyai ciri, yakni jumlah lebih banyak dari biasa dan terus menerus muncul hingga terasa mengganggu, berbau amis, apek dan busuk, mempunyai warna putih susu, kuning tua, cokelat kehijauan, bercampur darah, konsistensi encer, berbuih hingga kental menggumpal seperti susu basi, serta menimbulkan rasa gatal dan panas, atau disertai nyeri saat buang air kecil atau berhubungan seks.
"Pada keputihan yang tidak normal ini, terdapat benjolan atau luka yang menyerupai seriawan atau kutil pada daerah vagina," kata Ovi yang juga praktik di Departemen OBGYN (obstetri ginekologi (kebidanan dan kandungan) RSCM, Jakarta.
Penyebab keputihan yang tidak normal ini bisa disebabkan oleh dua hal, yaitu karena infeksi dan noninfeksi. "91,6 % penyebab keputihan adalah jamur candida albicans," ucap Ovi saat acara yang mengangkat tema "Hindari si Putih: Ketahui Penanganan Tepat dan Menu Makanan Sehat" itu.
Banyak penawaran penyembuhan keputihan yang menggunakan obat yang dijual bebas di pasaran, tapi beberapa pengobatan tersebut efek sampingnya tidak diketahui dengan pasti. Di samping itu, indikasinya belum diketahui secara pasti karena tidak mudah mengenali keputihan. "Hendaknya apabila terjadi keputihan yang tidak normal, segera konsultasikan ke dokter karena hanya untuk pengobatan keputihan fisiologis saja yang bisa diobati dengan cara sederhana," ucapnya.
Obat yang diresepkan dokter terdiri atas intravaginal, tidak dapat digunakan untuk perempuan yang masih gadis. Sementara salep akan menimbulkan lengket dan hanya menghilangkan jamur yang ada di permukaan vagina. Yang praktis, efektivitas setara dengan yang intravaginal bisa diperoleh dari kapsul, contohnya fluconazole yang diproduksi PT Pfizer Indonesia.
Dari berbagai pemilihan pengobatan, dosis tunggal obat oral lebih praktis dan sederhana penggunaannya, terbukti memiliki efektivitas dan keamanan yang baik untuk mengatasi kasus keputihan akibat jamur.
Ovi menuturkan, terdapat hubungan antara pola makan dan infeksi jamur vagina. Misalnya saja, apabila kita membatasi asupan gula, minuman beralkohol, atau makanan yang mengandung asam cuka, maka akan menurunkan risiko infeksi jamur pada vagina.
"Kondisi pada bulan puasa dapat memengaruhi risiko keputihan akibat infeksi jamur ini. Di antaranya terdapat pada jenis makanan yang dikonsumsi yang cenderung kurang serat dan tinggi gula. Rata-rata orang banyak yang berbuka dengan makanan manis," sebutnya.
Ternyata, makanan juga memengaruhi untuk penyembuhan penyakit ini. Hal tersebut dikatakan Country Manager Micronutrient Initiative (MI) Indonesia Dr Elvina Karyadi MSc PhD. Makanan yang mengandung probiotik, seperti yogurt atau suplemen probiotik bisa menyembuhkan dan mencegah infeksi jamur vagina.
"Makanan bisa membantu proses penyembuhan selain obat. Tapi ingat, hanya membantu mengobati, bukan menggantikan obat," ucapnya di acara yang sama.
Masih dikatakan dokter yang juga praktik di kawasan Pulo Mas ini, hubungan antara keputihan dan makanan adalah pada keseimbangan usus. Di mana pola makan yang tidak sehat akan menimbulkan keputihan. "Makanlah dengan pola makan yang sehat. Pilih makanan seimbang (jangan terlalu manis, berlemak atau berminyak dan mengandung semua zat-zat gizi).
Dan banyak-banyaklah mengonsumsi cairan, minimal dua liter per hari," papar dokter yang juga berprofesi sebagai staf pengajar dan pembimbing mahasiswa program pascasarjana (S-2) di SEAMEO-TROPMED Universitas Indonesia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar